When You're Gone

Kamis, 12 Juni 2014

SKh Bahari Labuan Ikuti FLS2N Tingkat Nasional Tahun 2014



         Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional  yang diselenggarakan dibawah naungan Kemendikbud  setiap tahun kini digelar kembali. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan melalui budaya belajar, berkarya dan mengembangkan potensi diri serta sikap kompetitif.
Tahun ini kegiatan FLS2N baik tingkat sekolah umum maupun sekolah khusus serentak dilaksanakan di Semarang Jawa Tengah dari tanggal 01-07 Juni 2014. Tetapi pada pelaksanaanya dilaksanakan di tempat yang berbeda.
         SMALB Bahari Labuan Kabupaten Pandeglang provinsi Banten pada tahun ini mengirimkan kontingen untuk mewakili provinsi Banten yaitu pada lomba tata rias wajah dan kuku SMALB. Peserta dari SMALB Bahari Labuan yang mengikuti lomba merias diri yaitu Wati Rosmawati Siswa Kelas X SMALB Bahari Labuan, dengan didampingi oleh Nining Komariah, S. Pd.
        Menurut Nining, “kegiatan ini sangat bermanfaat terutama bagi para siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa itu sendiri”. Nining menambahkan pada pelaksanaan penyambutan dan pembukaan kegiatan ini sangat bagus dan meriah sehingga menambah kesan bahwa kegiatan ini sudah dirancang sedemikian rapihnya, tetapi ketika pelaksanaan perlombaan penataan tempat lomba harus lebih ditingkatkan. Contohnya antara tempat lomba tata rias wajah dilaksanakan di tempat peserta menginap.
Mengingat pengalaman yang terjadi pada pelaksanaan FLS2N kemarin di Semarang, Tata rias wajah yang repot dengan kostum harus naik bus ke tempat yang jaraknya lumayan jauh.
       Kegiatan ini diikuti 33 peserta se Indonesia yang merupakan perwakilan dari masing-masing provinsi. Persaingan yang begitu sengit memacu semangat para peserta, meskipun kategori juara tidak digenggam.
Satu hal yang harus kita ketahui bahwa dalam suatu kompetensi tidak terlepas dari suatu kekalahan dan kemenangan. Hal itu yang menjadi motivasi mereka untuk terus berkarya dan bersaing secara sehat. Menang dan kalah hanyalah masalah waktu. Yang terpenting buah dari kerja keras menghasilkan pengalaman yang tak ternilai harganya.(wox/bhr)

Jumat, 28 Februari 2014

Program Praktik Lapangan PPL Unma Banten 2014

Program Praktik Lapangan Unma Banten tahun 2014.
Lokasi Madrasah Aliyah Mathla'ul Anwar Pusat Menes Pandeglang Banten.
Pada kesempatan ini saya mendapat jam mengajar di kelas X-E.
Saya merasa bangga bisa ditempatkan di sekolah ini, karena Mdrasah Aliyah Mathla'ul Anwar ini merupakan sekolah yang sangat bagus, baik dari disiplin sekolah maupun kualitas tenaga pengajar dan para siswa-siswinya.

FKIP Matematika UNMA BANTEN Kelas D Kunjungi Gedung KPK

Kunjungan Mahasiswa UNMA Banten ke gedung KPK dalam rangka observasi mata kuliah pendidikan anti korupsi.

Senin, 25 November 2013

Peran Wanita Itu Sesuatu Yang Mulia

        Did You Know ? bahwa wanita mempunyai peran yang sangat penting. Baik dari segi aspek pendidikan, kesehatan, rumah tangga maupun ekonomi. Selain itu, peran wanita yang tidak kalah penting yaitu wanita mempunya peran sebagai seorang ibu, dimana wanita bisa menjadi ujung tombak dari perubahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa peran wanita merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Tapi mengapa selama ini keberadaan wanita sangat dikesampingkan sekali. Geraknya tidak pernah dijadikan perhatian. Seharusnya paradigma seperti itu harus dihilngkan, agar peran wanita menjadi sesuatu yang dahsyat.
          Jika kita lihat perbandingan antara pria dan wanita, mungkin semua orang beranggapan bahwa prialah yang lebih kuat setegar karang dilautan. Tapi kenyataannya tidak demikian. Keberadaan pria dan wanita sangat menentukan perkembangan dunia ini.
Khususnya wanita, sosok yang penuh dengan kelembutan dan kasih sayang ini mempunyai potensi dan kekuatan yang begitu besar. Berbahagialah para wanita di seluruh dunia, karena peran wanita mendapat perhatian dari dunia.

         Dalam peringatan itu ini juga menyatakan bahwa hak asasi wanita adalah hak asasi manusia yang mutlak didapatkan oleh setiap wanita. seperti R.A Kartini salah satu pahlawan wanita yang merubah paradigma kuno tentang persamaan Gender, bahwa wanitapun mampu menorehkan prestasi . selain itu mampu mengangkat hak-hak wanita untuk terus berkarya. Seperti buku yang dikarang oleh beliau yang berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah terang’.

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

              Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto 2008: 35).
          Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
             Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Sarjana menganggur, Pendidikan Dinilai Gagal

             Tidak tersangkal, fenomena sosial menunjukkan banyak sarjana saat ini menganggur. Alasannya pasti bermacam ragam. Namun satu dari alasan paling mendasar ialah karena tidak punya kemampuan menciptakan sendiri lapangan kerja, telah menjadi gejalah umum dari tahun ke tahun. Patut disayangkan Ilmu yang dipelajari bertahun-tahun lamanya ternyata tidak cukup menyulap mereka berpikir kreatif, menciptakan lapangan kerja dan menjadi lebih mandiri. Konyolnya, selepas dari perguruan tinggi, mereka malah tambah konsumptif. Artinya berlomba-lomba merebut lowongan kerja yang diciptakan pihak negara atau swasta. Pada titik ini, output pendidikan kita baru hanya mampu melahirkan ‘sarjana pencari kerja’ dan bukannya pencipta kerja. 
        Menyimak fenomena sosial pendidikan itu, kita pantas bertanya di manakah letak akar permasalahannya ? Tentunya kita bisa temukan banyak faktor di balik gejalah ini kalau mulai menganalisisnya. Tapi kali ini kita cukup soroti dulu faktor yang berkaitan dengan model pendidikan yang kurang sambung dengan persoalan dan kebutuhan lokal. Melirik praktek pendidikan saat ini, tidak sulit ditemukan bahwa proses pendidikan dan pengajaran pada banyak sekolah dan perguruan tinggi masih tetap terfokus pada persoalan transfer serta penghafalan pengetahuan teoritis dan abstrak sebatas buku-buku teks atau diktat. Seorang teman (anak daerah) menggambarkan secara menarik kondisi pendidikan saat ini lewat sebuah anekdot tentang jagung. Katanya, tingkat pendidikan kita baru sampai pada titik memberi teori ala kadarnya tentang jagung dan bagaimana menanam jagung. Tetapi belum sampai mendorong peserta didik berani turun ke lapangan, mengolah tanah, memilih bibit jagung unggul, menanam dan merawatnya sampai berhasil. Kemudian menjualnya dengan harga tinggi atau mengolahnya menjadi bahan makanan enak yang bisa terjual habis. 
              Menilik problematika, output dan pokok permasalahan pendidikan itu, maka actus pendidikan ke depan perlu lebih membumi. Artinya ide dan teori yang diajarkan perlu punya relevansi dengan kebutuhan dan persoalan konkrit. Misalmya, persoalan keadaan tanah yang tandus, kemiskinan, potensi pertanian dan kelautan yang perlu digarap agar menjadi kekayaan rill yang bisa dinikmati, kesehatan dan persoalan pendidikan setempat. Teori perlu diaktualisasikan dalam tindakan nyata. Secara sosial, pendidikan yang bersentuhan dengan teori dan wacana semata-mata tanpa peduli akan kontekstualisasi dan aplikasi konkrit merupakan pendidikan yang tidak bertanggung jawab. Mengapa tidak bertanggung jawab? Sebab model pendidikan seperti ini tentunya tidak akan menghasilkan generasi baru yang memiliki kepekaan sosial serta rasa tanggung jawab tinggi terhadap hidup dan kemajuan masyarakat. Sebaliknya menghasilkan manusia konsumptif, apatis dan egoistik.
            Beberapa faktor penyebab lain, diantaranya Mereka selalu ingin mendapat pekerjaan dengan cara mudah, punya jabatan, mapan, fasilitas mewah dan gaji besar. Tuntutan itu mereka minta dengan alasan sesuai statusnya seorang sarjana. Tuntutan sedemikian berat yang tidak disertai keahlian yang memadai sangat memberatkan perusahaan. Sikap para sarjana seperti itu tergantung bagaimana proses waktu belajar di kampus dulu.
             Kenyataan membuktikan, mereka kurang tahan bekerja di bawah tekanan yang ketat. Mereka juga kurang mampu berpikir lebih kreatif untuk mendapatkan manfaat dari keterbatasannya. Disebut mahasiswa kaya mental karena mereka punya tekat dan sangat paham bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang instant. Semua membutuhkan proses, perjuangan dan pengorbanan.
         Tekanan dan sistem yang kuat dalam pekerjaan selalu mereka jadikan lahan untuk belajar dan memperbaiki citra diri. Yang bekerja, kariernya bisa meningkat dan pada akhirnya menemukan kedudukan penting. Sementara yang berwirausaha, menjadi lebih mapan, bahkan bisa merekrut karyawan. Yang paling berperan menjadikan sang anak kaya mental adalah orang tua dan keluarga. Bila dari rumah mereka keluar dengan bekal mental yang baik, maka di mana pun berada selalu saja memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang kreatif, positif dan menghasilkan. Hal itu berawal dari kebiasaan mandiri dengan mengurus kehidupannya sendiri. Namun keadaan justru sebaliknya, mereka dimanjakan dan apa yang diinginkan selalu diberikan. Bahkan ada orang tua yang berani mengeluarkan banyak biaya asalkan anaknya lulus sarjana.